-->

Kisah Pendaki Yang Mengalami Kejadian Aneh Saat Perjalanan Turun Gunung RINJANI

kisah pendaki gunung rinjani
Gunung Rinjani,Danau Segara Anak
NTB kami ber-enam, Vico,Yanu,Ketu,Bang Vidi,Imam dan Saya siang itu sekitar pukul 09.00 WITA. Kami bergegas packing untuk beranjak pergi meninggalkan danau segara anak menuju pelawangan senaru,belum juga sampai perlawangan senaru perjalanan kami sudah dihujani kala itu hujan sangat deras,sejenak kami berteduh dan ketika hujan mulai reda kami lanjutkan perjalanan sampai lah di pos 3 senaru sekitar pukul 15.00 WITA.

Saat itu hujan cukup deras, kami berteduh ditengah rombongan porter yang lagi ngecamp didekat pos 3 sembari nunggu kawan yang lagi ambil air untuk berbekal diperjalanan,munculah obrolan kecil antara rombongan kami dengan para porter tersebut, para porter itu yang merupakan penduduk asli lombok senaru menyarankan agar tidak melanjutkan perjalanan dan bermalam lagi di pos 3, karena saya dan penduduk senaru pun tidak pernah berani untuk melakukan perjalanan dimalam hari dan masuk kehutan berdasarkan pengalaman penduduk asli sini, tambah lagi hujan turun jalurnya pasti licin" ujarnya" tapi kalau kalian berani ya silahkan, saran dari saya tetap hati-hati dijalan dan saling menjaga satu sama lain.

Tetapi kami memutuskan untuk tidak bermalam di pos 3 senaru karena perbekalan yang kami bawa habis (perbekalan kami sempat dihabiskan oleh monyet-monyet pelawangan sembalun gunung Rinjani saat tenda kami tinggal untuk summit dalam keadaan tenda kami dirobek,untungnya saat turun dari segara anak kita bisa memancing untuk kita makan selama 2 hari) tidak lama teman kami kembali dari mengambil air,setelah rombongan kami satu per satu memakai raincoat(jas hujan)kami beranjak melanjutakan perjalanan setelah berdoa ,sore itu kami seorangpun tidak menemukan rombongan lain melalui jalur pendakian tersebut,sekiranya tiba waktu mendekati adzan magrib kami berhenti untuk istirahat,sekitar pukul 19.00 kurang kami melanjutkan perjalanan.

Ini adalah awal kecemasan kami,setelah kawan kami Vico yang terlihat wajah parno terpeleset dan memecah konsentrasi kami,berulang kali dia terpeleset karena memang jalurnya cukup licin untuk dilalui,tak seperti biasa kami bercakap dan bercanda untuk menghilangkan rasa capek menemani perjalanan kami,kali ini suasana sangat hening disertai tegang,seketika Vico yang saat itu jadi sweeper berlari dengan paniknya mendahului kami semua kedepan sembari istigfar dengan nada suara tinggi,lagi-lagi temanku satu ini memecahkan suasana mengagetkan buat kami dengan tingkahnya yang bikin semua shok, ternyata dia melihat sesosok mata menyala didalam hutan disisi jalur pendakian, beberapa meter jalan lagi-lagi Vico mengagetkan kami dengan suaranya yang begitu keras dengan menyebut "yaa alloh astagfirulloh" kami sontak bertanya,kenapa si vic? Tanya kami serentak,ternyata anjing liar yang berlari dihutan mengikutinya dibelakang,anjing itu sangat besar,kamipun sempat sedikit punya rasa takut ketika melihat dan Bang Vidi ketika itu menyarankan untuk tenang dan menyakinkan kalau anjing itu takan ganggu,dan dia hanya mengawal perjalanan kami turun gunung,sesekali kami menoleh kebelakang untuk melihat anjing itu,sekiranya beberapa kilometer anjing itu lenyap hilang entah kemana? Kami kembali merasa tegang dan gak percaya diri serta sedikit cemas,seketika bang Vidi yang memimpin perjalanan menghentikan langkah langkahnya dan sayapun terkejut terlebih saya merasa ada yang aneh ketika menatap ke pohon bambu disisi jalur,pohon itu seperti terkayuh bergerak kencang meski tidak ada angin sementara pepohonan lain tetap diam dan tak bergerak,melihat sesuatu yang aneh pada pohon bambu seketika saya ucapkan salam "assalamualaikum" sayapun mengikuti sebagai ucapan permisi.

Suasana semakin menegangkan dan saya mulai terganggu dengan suara-suara samar dari kejauhan,dengan rasa kelelahan karena badan kurang vit dan rasa cemas yang ingin cepat sampai ke gerbang rimba pintu hutan saya hanya bisa berdoa agar alloh senantiasa melindungi perjalanan kami,sejenak saya mendengar suara dari sisi seperti suara pria tua (kakek) yang sedang berbincang dan sayapun berucap syukur dengan kenyakinan bahwa sedikit lagi sampai di pintu rimba tetapi langkah demi langkah berkilo-kilo barulah sampai di pos 2, sejenak saya berfikir (lalu suara tadi yang saya dengar suara siapa?) Ingin rasanya bertanya ke kawan tapi saya urungkan.

Perjalanan pun terus berlajut dan sampai di pos 2 banyangan kamipun sejenak singgah disana dan mengucapkan salam dan kami mulai istirahat kembali, seraya melepas jas hujan yang masih menempel di tubuh,kami mulai mengobrol dengan nada yang cukup keras dan sedikit ketawa membahas kepanikan yang kami alami saat diikuti anjing liar,sontak sesuatu jatuh diatap genteng pos 2 yang kami singgahi sangat keras"bruuukkkk" (seperti buah durian jatuh diatas genteng,enak nih bisa buat ngemil) tapi suaranya ketika jatuh menetap tidak mengglinding lalu bang Vidi bergegas kasih tau kerombongan agar kita melanjutkan perjalanan meninggalkan tempat tersebut.

Suara suara disepanjang perjalanan terus menghantui telinga kami dari bunyi suara kucing pohon bergerak dll sampai kita menginjakan kaki di pos 1 sambil ucapkan salam tanpa berfikir panjang rombongan pun tak mau ambil resiko untuk istirahat dan memilih melanjutkan perjalanan ketimbang istirahat di pos 1 dan akhirnya pukul 10.30 WITA kamipun sampai dipintu rimba dan memutuskan untuk beristirahat diwarung yang di huni nenek paruh baya.
Percaya atau tidak ini kisah nyata yang kami alami selama perjalanan turun gunung rinjani bukan mistis belaka, bagi kalian yang suka naik turun gunung pasti punya cerita seperti ini kan?

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel